Review Buku Novel The Girl in the Letter Emily Gunnis – Novel The Girl in the Letter adalah novel yang ditulis oleh Emily Gunnis dengan cerita yang menurutku sangat fantastis, sangat mengena di ulu hati. Aku tidak bisa berkata kata, setelah aku menyelesaikan buku ini. Menurut opiniku, buku ini berada di antara bagus dan sangat bagus, ya tentu saja, karena buku ini memang bagus seperti apa adanya. Sejujurnya, aku memang kurang suka dengan genre novel dramatis dan membuat mata mewek. Tapi, aku bersyukur karena aku sudah membaca buku ini. Aku harus berterima kasih kepada sahabatku, Jessica yang sudah merekomendasikan buku ini! Tanpamu, mungkin aku tidak akan pernah membaca buku ini!
Novel pertama dari penulis Emily Gunnis, membuat semua pembaca terpukau dengan topik topik yang dibawanya mengenai sejarah didalam buku novel ini. Buku ini menceritakan sejarah kelam penduduk yang masih menggunakan wanita sebagai sarana kelahiran anak. Wanita dipakai untuk menampung kelahiran anak anak tetangga dan kolega, mereka dipaksa untuk melahirkan anak mereka, dan tak jarang juga anak mereka diadopsi dimana mereka sama sekali tidak dapat bertemu anaknya lagi.
Buku ini menggunakan latar belakang pada tahun 1956 dimana Ivy yang masih muda dikirim ke St. Margaret’s. Ivy diusir oleh keluarganya ketika mereka tahu bahwa Ivy dihamili oleh seorang lelaki. Kondisinya sangat mengenaskan, Ivy yang sedang hamil harus pindah ke tempat lain, sebatang kara. Ya itu adalah sebagian dari buku cerita ini, setelah 60 tahun setelahnya, seorang reporter yang bernama Samantha, menemukan sebuah surat yang ditulis oleh Ivy. Samantha merasa bahwa ada sesuatu, didalam surat itu yang seharusnya dipublikasikan kepada dunia.
Apa yang terjadi pada Ivy? Dimana anak bayi Ivy? Apa rahasia yang ada pada rumah Ivy itu sendiri?
Nah, aku tidak ingin memberikan banyak spoiler, karena sebagai pembaca yang baik, lebih baik lagi bagi kita baca sendiri daripada diceritakan orang lain, yakan?
Ada beberapa misteri dalam buku cerita ini yang harus dipecahkan dan jawaban atas pertanyaan yang sangat menarik. Namun satu hal yang dapat kukatakan, di dalam surat yang tertulis oleh Ivy ini berisi sesuatu yang sangat menganggu. Aku tidak bisa membayangkan kesulitan Ivy ketika harus menghadapi kelahiran anaknya, dan kehilangan anaknya.
Novel The Girl in the letter ini sangat menggelitik kejiwaan anda sebagai pembaca, dan sekaligus membuat anda nangis bombay pada akhir ceritanya. Jujur, aku sedih dan tentu saja aku marah ketika membaca buku ini, apakah entah karena saya juga wanita? Saya rasa tidak, karena sebagai manusia, tentunya ketika kita membaca buku seperti ini, kita akan merasa emosi dan sedih tentunya. Mungkin inilah yang disebut dengan empati. Meskipun cerita dalam buku ini hanyalah fiksi, namun Emily Gunnis, mampu dan berhasil merangsang naluri kita untuk turut bersimpati kepada karakter didalamnya.
Mungkin sekian dahulu, namun sebagai kata terakhir, harus kuakui bahwa buku ini sangat bagus. Aku sangat bersyukur sudah membacanya sekali dalam hidupku ini.
-
Admin Rate:
No Comments