Review Buku Novel The Woman in Cabin 10

Review Buku Novel The Woman in Cabin 10

Review Buku Novel The Woman in Cabin 10 – Akhir akhir ini aku membaca buku thriller, yang berjudulkan the woman in cabin 10. Buku karya Ruth Ware ini memang bagus, namun aku lebih menikmati debut Ruth Ware daripada novel yang satu ini. Konteks ini seakan dipaksakan dan dibuat seperti gabungan antara novel Gone Girl dengan novel The Girl on the Train (atau mungkin karena miripnya novel thriller yang begitu begitu saja akhir akhir ini.) Penulis ini rasanya seperti hanya mengubah kereta menjadi kapal pesiar mewah. Mengubah beberapa detail di sana sini, dan boom, inilah sebuah buku baru. Kurasa aku akan menceritakan beberapa plot mengenai buku ini, namun aku harap aku tidak memberikan spoiler apapun itu.

Laura Blacklock (dipanggil Lo) sedang menggalami kegelisahan yang luar biasa sampai membutuhkan obat obatan untuk mengendalikannya. Ketika apartemennya dimasuki perampok, hal itu memberikan trauma dan ketakutan yang luar biasa untuknya. Lo jadi tidak bisa tidur, dan kalaupun dia tidur, itupun harus lewat pengaruh obat. Lo merasa sangat menderita, yamg dimana Lo akhirnya bertengkar hebat dengan pacarnya. Tapi dia tidak punya waktu untuk bersedih, sebagai wartawan kelas rendah, Lo mendapatkan kesempatan emas untuk mengangkat karirnya yang selama ini diharapkannya. Dia ditugaskan untuk meliput di dalam sebuah pelayaran mewah (itupun karena seniornya yang lebih diharapkan sedang cuti hamil). Jika ini sukses, Lo berharap bisa mendapatkan promosi dan berharap untuk menjalin jaringan yang banyak diantara orang orang kaya yang ada di atas pesiar tersebut.

Review Buku Novel The Woman in Cabin 10

Aurora adalah nama kapal pesiar yang akan berlayar mengelilingi Norwegia untuk pelayaran perdananya. Lo mendapatkan kesempatan untuk merasakan kabin mewah dan mendapatkan sebuah kabin untuk dirinya. Lo berkamar di kabin 9, dan tak lama setelah Lo terbangun dari tidurnya, dia mendengar sebuah teriakan dari kabin sebelah yang diikuti dengan percikan air yang kencang. Dia pergi ke beranda dan melihat adanya darah di balkon tetangga, Lo yang agak panik langsung memanggil petugas keamanan dan melaporkan apa yang baru saja dilihatnya. Namun hal yang tidak diduga malah terjadi. Kabin 10 seharusnya tidak ditempati siapapun juga alias kosong. Tamu yang seharusnya menempati kabin 10 tidak bisa datang, dan alhasil kabin 10 tersebut kosong. Yang anehnya, Lo bahkan sempat meminjam maskara dari seorang wanita yang ada di kabin 10 tersebut sebelum makan malam. Jadi siapa wanita itu?

Tidak ada penumpang yang hilang, tidak ada staf petugas yang mendengar atau melihat kesaksian Lo kecuali dia sendiri. Apakah benar dalam diri Lo yang sedang trauma dan gelisah memunculkan imajinasi dan membayangkan hal yang sebenarnya tidak ada? Lo bersikeras bahwa itu bukanlah sebuah karangan dan dia benar benar mendengar adanya teriakan seseorang, namun tidak ada yang percaya.

Aku merasa bahwa penulis buku ini ingin membuat Lo dan membuatnya tidak disukai. Dia membuat Lo menjadi seseorang yang tidak bisa diandalkan, seperti yang dilakukan pada novel The Girl on the Train dimana karakter utama pada cerita itu menderita kecanduan alkohol. Disamping semua hal itu, cerita dalam buku ini merupakan pembunuhan dimana kesaksian seseorang tidak dapat dipercaya. Set up cerita yang begitu hebat seperti layaknya pembunuhan ruang tertutup pada novel agatha cristie. Aku merasa jika aku belum pernah membaca The Girl on the Train sebelumnya, maka aku akan lebih menikmati buku ini. Namun sayangnya, aku berharap buku ini lebih bisa diberikan konsep yang lebih kreatif, karena konsepnya lebih kurang mirip dengan suasana novel tetangga sebelah dan terlalu banyak momen yang kurang masuk akal menurutku.

Previous Post Next Post

You Might Also Like

No Comments

Leave a Reply