Review Buku Novel When All Is Said

Review Buku Novel When All Is Said

Review Buku Novel When All Is Said – Halo semuanya, kembali lagi di bukureview.com. Kali ini saya akan membagikan penggalaman saya ketika membaca buku novel yang berjudulkan When All is Said. Kalau saya pribadi menilai, buku ini sangat bagus, sangat bagus untuk mereka khususnya remaja remaja muda dan anak anak muda yang ingin belajar dari penggalaman seseorang tentang hidup. Namun bukan berarti buku ini tidak cocok untuk mereka (yang sudah bukan remaja), buku ini sangat cocok untuk semua umur dan saya juga sudah berumur 23 tahun dan sangat menikmati buku ini dan dapat memetik banyak sekali poin penting yang dapat kita pelajari dalam hidup ini.

Nah, novel When All is Said ini menceritakan tentang seseorang pria yang bernama Maurice Hannigan, yang saat ini telah berumur,dan duduk sendirian di bar hotel Rainford. Pada suatu  sore, Maurice memesan 5 gelas minuman keras yang berbeda beda dan mengangkat setiap gelas yang disediakan bartender itu kepada 5 orang yang berbeda yang pernah singgah di hidupnya. Maurice mengenang momen hidupnya selama ini sampai saat itu. Seperti kebanyakan manusia di dunia ini, tentunya Maurice juga memiliki momen bahagianya, momen gelap maupun momen dimana dia merasa sangat sengsara, kesalahan demi kesalahan diperbuat dan tidak dapat dikatakan kepada siapapun juga.

Jujur saja, biasanya sih aku kurang suka dengan genre buku yang sedih, namun ketika sahabat pena ku yang juga pecinta buku merekomendasikan buku ini (sebenarnya bukan merekomendasikan, lebih tepatnya aku langsung dikirimin paket buku tersebut, jadi mau tidak mau aku harus menerimanya dan mencobanya). Overall, aku sama sekali tidak menyesal membaca buku ini, malahan saya sangat bersyukur telah membaca buku yang sangat sangat bagus ini.

Review Buku Novel When All Is Said

Penggarang buku ini, Anne Griffin, mengemas cerita buku ini dengan dilatar belakangi dengan suasana di negara Irlandia dan kita akan dibumbuhi dengan cerita masa kecil Maurice dan kita juga akan disuguhi penggalaman sekolah Maurice yang sangat susah karena dyslexia yang dideritanya dan tentu saja sama sekali tidak ada seorangpun yang mengulurkan bantuan kepadanya. Dalam situasi demikian, Maurice tidak punya pilihan lain selain bekerja di ladang, yang dimana dia diperlakukan secara kasar.

Setiap kehidupan manusia pasti menggalami momen saat kita berada di atas dan saat kita dibawah, demikian juga ketika Maurice jatuh cinta kepada seorang wanita, dan menikah, dan tentu saja punya anak.

Buku ini sangat spesial karena diceritakan oleh seorang pria yang sudah berumur dan menceritakan kisah dan penggalaman hidupnya. Menurutku, buku ini juga memberikan momen nostalgia dan dibumbui oleh momen pahit dan manis dari awal hingga akhir.

Kelebihan dari buku ini, menurutku terletak pada bagaimana sesuatu yang sama, bisa terlihat begitu berbeda Maurice. Dalam kasus Maurice, seseorang yang mungkin digambarkan sebagai “bodoh” sekarang lebih dikenal dengan “learning disorder” dan dapat dibantu.

Mungkin anda akan mendapati bahwa buku ini sangat lambat, namun apa yang dapat anda harapkan? Buku ini lebih cocok untuk anda yang memiliki waktu luang dan sama sekali tidak ada genre action dalam buku ini, jadi jika anda adalah pecinta novel dengan genre action, maka buku ini mungkin akan kurang cocok, tapi tetap saja, jika anda memiliki kesempatan, dan ingin sedikit bernostalgia, tidak ada salahnya menyingkirkan emosi anda dan sedikit menikmati buku dan sedikit mempelajari hidup ini.

Baca juga: Review The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society

Overall, buku ini sangat bagus! Momen indah, sedih, humor, membuat semua hal dalam buku ini menjadi lebih menarik, mungkin dikarenakan juga oleh banyaknya pengenalan karakter, khususnya Maurice, seseorang yang cukup keras kepala, egois, pemarah, yah tapi pada akhirnya, kita akan tetap mencintai Maurice apa adanya.

NB: This book broke my heart. T_T

Previous Post Next Post

You Might Also Like

No Comments

Leave a Reply