Review The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society – Buku yang bagus, imut, dan yah setelah membaca buku ini, aku jadi pingin pergi ke pulau Guernsey!
Awal aku membaca buku ini karena salah satu teman dari klub membaca memberikan rekomendasi buku dengan judul The Guernsey Literary and Potato Peel Pie Society ini. “Kamu akan menyukainya. Buku ini kamu banget!” Awalnya aku tidak percaya, darimana juga dia tahu aku, wong kita biasanya cuma berkomunikasi lewat jejarin sosial, yakan? Tapi ketika aku membaca buku ini, wah.. Dia benar, aku sangat cocok sekali dengan buku ini. Aku bahkan membacanya langsung sekaligus tanpa ditunda tunda bermalam malam.
Aku sangat menyukai buku ini, dan terima kasih sebanyak banyaknya untuk temanku yang merekomendasikannya. Buku ini dengan sangat mudah menjadi buku favoritku untuk beberapa bulan ke depan (belakangan ini kurang ada buku berkualitas seperti buku ini yang kubaca). Tokoh utama dalam buku ini, Juliet, menghabiskan waktu dalam bidang menulis dan mengisi kolom di majalah majalah wanita, dan saat ini dia menginginkan materi yang lebih besar.
Buku ini ditulis dengan format epistolary, dimana format dalam cerita biasanya berupa serial dokumen. Bentuknya dapat berbeda beda, seperti format surat, diari, kumpulan artikel dalam koran, dan dokumen yang lainnya. Dan dalam buku ini menggunakan format surat, yang dikirim oleh dan diterima antara Juliet, dan beberapa kerabat dan kenalannya. Buku ini dilatarbelakangi oleh perang dunia ke-2, dimana orang orang berusaha untuk mengklaim jati diri mereka dan ingin mengetahui bagaimana mereka untuk move on pasca tragedi perang tersebut.
Juliet menerima surat surat dari orang yang tidak dikenalnya, dan surat itu jelas berasal dari sebuah pulau bernama Guernsey, salah satu pulau kecil di negara Inggris. Ajaibnya pulau ini belum dijamah oleh orang modern, jadi pulau ini jelas sangat menarik bagi mereka yang termasuk penipu, para penggelapan uang, dan kriminal tentunya pasti mengidamkan pulau tak dikenal. Namun semua hal itu tidak ada hubungannya dengan buku ini, yang dimana merupakan poin tambah untuknya. Maaf kalau sedikit spoiler, aku hanya tidak sanggup menahan diri untuk menuliskannya. Anyway busway, Dawsey Adams of Guernsey mendapatkan sebuah buku yang dulunya adalah milik Juliet. Dawsey akhirnya memberanikan diri untuk menulis surat untuk Juliet, yang mengatakan bahwa dia sangat senang dengan buku bekas miliknya, dan dia juga bercerita bagaimana membaca buku bagi beberapa penduduk di Guernsey telah membantu mereka dalam berbagai hal.
Dalam sekejap, Juliet dan Adam sering surat menyurat dan hal ini sangat membuat Juliet penasaran. Tentu saja Juliet pun akhirnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke pulau Guernsey untuk bertemu dengan sahabat penanya, dan hal ini bagiku sangat “imut” sampai aku tidak bisa menurunkan buku ini.
Kisah romantis dalam buku ini sangat manis ditulis oleh pengarang yang dimana membuatku kadang tersemyum membacanya dan membuatku lega ketika buku ini berakhir. Buku ini sangat kunikmati dan aku sampai lupa waktu ketika membacanya. Aku tahu anda yang suka kisah romantis, akan dengan mudah menikmati buku ini.
Di jaman ini, anda mungkin tidak pernah menulis surat, bukan email. Yah, mungkin ada yang pernah, ada juga yang tidak pernah, namun kebanyakan generasi sekarang ini tidak pernah mengirim surat tentunya. Ada beberapa momen menarik ketika hubungan antar surat jarak jauh ini membuatku sangat senang, Juliet menulis surat, dan mengirimkannya. Lalu dia menunggu surat balasan dari Adam, dan terkadang hal ini membuatku tidak sabar membaca kelanjutan dari surat yang akan diterima ataupun surat yang akan dikirim Juliet. Aku sangat menunggu momen momen ketika Juliet bertemu dengan Adam. Rasanya seperti aku sedang bertemu dengan seseorang yang kukenal namun tidak kukenal, karena aku hanya mengenalnya lewat surat menyurat. (Untuk bagian ini, mungkin tidak perlu atau jangan dipraktekkan. Karena kita tidak akan tahu siapa di balik orang yang tidak kita kenal, apakah dia berniat baik atau seseorang penipu yang jahat. Banyak kasus dimana kedua orang melakukan pertemanan secara acak di dunia maya dan berakhir menyedihkan, jadi untuk sekarang sebaiknya jangan dipraktekkan ya! :p )
”As the mail boat lurched into the harbor, I saw St. Peter Port rising up from the sea on terraces, with a church on the top like a cake decoration, and I realized that my heart was galloping. As much as I tried to persuade myself it was the thrill of the scenery, I knew better. All those people I’ve come to know and even love a little, waiting to see—me. And I, without any paper to hide behind…in these past two or three years, I have become better at writing than living…On the page, I’m perfectly charming, but that’s just a trick I learned. It has nothing to do with me. T least, that’s what I was thinking as the mail boat came toward the pier. I had a cowardly impulse to throw my red cape overboard and pretend I was someone else.”
Tentu saja buku bagus ini akan kurekomendasikan kepada anda para pecinta buku, namun aku merasa bahwa buku ini kurang cocok untuk anda yang sering menilai buku dari beberapa bab pertama. Aku juga ragu bagi anda yang terbiasa dengan alur cerita yang cepat akan menyukai buku ini. Terlebih dari itu semua, aku juga sangat meragukan bahwa pria akan menyukai buku ini, entahlah, aku hanya merasa pria tidak akan menyukai buku ini. Namun jika anda adalah orang yang sabar dan membaca buku ini sampai akhir dan sungguh sungguh, maka anda mungkin juga akan sangat menyukai buku ini sepertiku. Memang buku ini dilatarbelakangi oleh sejarah mengenai perang dunia ke 2, jadi persiapkan diri anda ya, dan yang pastinya buku ini sangat berkualitas dan patut anda coba!
PS: Aku tidak tahu apa itu makanan pie potato peel, tapi sepertinya menjijikan dan aku tidak akan mau mencobanya. haha.
-
Admin Rate:
No Comments