Review Buku Novel The Good Girl Oleh Mary Kubica – Jujur saja, ketika aku membaca beberapa review mengenai novel ini di website luar negri, saya mengira bahwa buku novel ini akan menjadi sebuah bacaan yang luar biasa, dimana banyak netizen pada website tersebut mengatakan bahwa buku ini adalah buku “the next gone girl”. Ok, jangan mudah tergiring opini, buku ini bukan the next gone girl atau apalah itu.
Banyak juga spekulasi yang mengatakan kalau saja buku ini dipublikasikan lebih cepat daripada novel Gone Girl, maka novel ini mungkin tidak akan dibanding-bandingkan dengannya. Namun menurutku, buku ini jauh dari level Gone Girl. Buku ini sangat mudah diprediksi dan memiliki plot yang lemah serta jalan cerita yang sangat lambat membuatnya lebih cocok sebagai drama keluarga daripada novel thriller seperti diinginkan.
Semua hal dalam buku ini sangat mudah diprediksi. Aku bahkan dapat memprediksi bagaimana ending cerita novel ini sejak Mia diculik (ya, novel klasik yang menceritakan penculikan anak orang kaya) dan jujur saja, aku sudah mengira akan jalan cerita buku ini semenjak buku ini selalu dibandingkan dengan Buku Gone Girl.
Buku ini juga menceritakan mengenai Mia yang tiba-tiba mengalami Stockholm Syndrome. Jujur saja, aku bahkan tidak tahu sindrom apa itu sampai aku membaca buku ini, mungkin lebih jelasnya mengenai sindrom tersebut, dapat langsung membaca artikelnya di wikipedia ini, Stockholm Syndrome.
Jalan cerita dalam buku ini juga membosankan, dimana sudut pandang dalam buku ini terus berganti, (sebenarnya sih oke buat saya dengan sudut pandang manapun, namun hal ini justru membuat misteri dibelakang penculikan tersebut malah terkuak. contohnya saja, kita akan tahu bahwa Mia akan diselamatkan, dan bukan Mia yang memberontak.)
Sedikit review mengenai jalan cerita buku ini, Mia digambarkan sebagai seorang yang memiliki karakter yang keras kepala. Mia adalah seorang anak perempuan seorang hakim di Chicago. Suatu hari pacar-nya si Mia membatalkan kencannya dengan si Mia dan meninggalkannya di sebuah bar yang dimana menjadi titik pertemuan mereka. Mia minum sedikit banyak, sangat banyak malahan, dan disana dia bertemu dengan Colin yang menjaganya malam itu.
Insiden ini pun bermula ketika Mia hendak diantar pulang oleh Colin. Colin yang sejatinya dibayar untuk menculik Mia dan mengantarnya ke suatu tempat, dimana mereka akan memeras orang tua mereka untuk sejumlah uang. Namun demikian, Colin ternyata tidak konsisten dan tidak mengikuti rencana awal, dan Colin akhirnya membawa Mia kesebuah kabin di Minnesota. Mereka berdua bersembunyi disana.
Meskipun aku banyak mengeluh mengenai buku ini, aku tidak punya hak untuk mengatakan bahwa buku ini tidak bagus. Namun kalau boleh saya bilang, saya menikmati buku ini. Aku sangat menikmati ketika aku membacanya, hanya saja alur cerita yang mudah ditebak membuatnya cukup membosankan untuk dibaca.
-
Admin Rate:
No Comments